This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 08 November 2017

Sirkus Pohon, Pohon Sirkus

Judul Buku      : Sirkus Pohon
Pengarang       : Andrea Hirata
Penerbit           : Bintang Pustaka
Cetakan           : Pertama
Resensitor       : Ganti Putra Wardana

Sirkus Pohon merupakan karya ke-10 Andrea Hirata, berselang dua tahun setelah menerbitkan novel Ayah. Novel ini masih menceritakan kisah masyarakat Tanjung Lantai, Belitung dengan ciri khas Melayunya yang perekonomiannya menengah kebawah. Awal cerita, Anderea Hirata menyuguhkan tentang kehidupan pohon-pohon yang mampu di deskripsikan begitu detail dan humoris.

Sobri, karena hal sepele namanya berubah menjadi Hobri adalah seorang pemuda kampung yang tidak tamat SMP karena ulah sahabatnya Taripol yang tak lain adalah seorang pencuri. Imbasnya, Hobri dituduh mencuri TOA Masjid oleh warga sekitar.

Hobri adalah pemuda yang malang tidak mempunyai pekerjaan tetap seperti yang di agung-agungkan adiknya Azizah yaitu harus memiliki seragam, bergaji tetap dan bangun pagi, let’s go. Satu balasan pantun tak berirama yang sangat menakutkan bagi Hobri untuk mencari pekerjaan, “SMA atau Sederajat” momok yang selalu menghantuinya setiap malam.

Sampai suatu hari,  adik ipar Hobri, Suruhudin yang iba dengan Hobri yang kadang akrab menggelandang di pasar menawari sebuah lowongan pekerjaan misterius. Kabar dari si adik ipar rupanya menjadi pengantar Hobri menuju kesadaran dan meraih mimpinya memperistrikan Dinda serta akan panggilan hidupnya, menjadi badut sirkus keliling.

Cerita besar dibalik novel ini adalah kisah cinta pertama Tara dan Tegar. Tara adalah mandor di sirkus keliling di tempat Hobri bekerja, sementara Tegar adalah montir sepeda di bengkel peninggalan ayahnya.

Pertemuan mereka diawali di kantor Pengadilan Agama, Tara yang dikerjai oleh beberapa anak laki-laki yang jahil di tolong oleh Tegar. Namun, mereka tidak sempat untuk berkenalan. Tegar memberinya nama Layang-layang, sementara Tara menamainya Pembela. Layang-layang dan Pembela, itu terjadi ketika mereka duduk di kelas 5 SD.

Benci Hobri pada Delima hingga dia berniat menebang pohon tersebut yang berada di pekarangan rumahnya. Tetapi tak sampai hati dia ketika melihat terjalinnya cinta sepasang burung Kutilang di sana.

Ada yang berbeda dari karya ke-10 Andrea Hirata ini, yaitu untuk pertama kalinya ia memasuki ranah politik dalamnya. Tak luput Andrea mengkritik hal-hal dalam setiap karyanya, tentu saja dengan cara eksentrik darinya dan  dapat memecah tawa pembaca.

Andrea Hirata membagi cerita Sirkur Pohon dengan enam babak, setiap babak menceritakan satu tema besar. Babak tersebut memudahkan pembaca dalam memahami setiap kejadian.

Dalam cerita kali ini Andrea juga menceritan dengan alur yang maju mundur. Jika kita tidak teliti dalam memahami isi cerita tersebut akan membuat keraguan sehingga kita akankembali ke halaman pertama untuk mencari titik terang cerita ini.


Sirkus pohon memberikan banyak hal, tentang memaknai hidup, tentang perjuangan, tentang nasib, tentang cinta, tentang kegigihan, tentang kepercayaan dan tentang harapan.

Untuk yang Terhormat

Untuk yang terhormat
Sumpah untukmu saat kau biarkan ini menjadi bencana
Terkutuk!

Sudah terlantar semua harapan
Tertindas untuk dicabuli
Kau hanya tersenyum dan ucapkan semua aman terkendali

Bullshit!
Ribuan kali kau bilang sayang
Kau biarkan semua janji hingga busuk dimakan belatung

Turunkan mahkota mu dan buang tongkat mu
Jika tak sanggup membuat nyata

Untuk yang terhormat


Telah terbit: http://suarakampus.com/?mod=sastra-budaya&se=detil&id=253

Diklat KSR-PMI Suguhkan Materi Survival

Peserta Pendidikan Lanjutan (Diklat) Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korp Suka Relawan Palang Merah Indonesia (KSR-PMI) UIN Imam Bonjol Padang disuguhkan materi mengenai survival. Hal ini bertujuan untuk bertahan hidup peserta Diklat selama acara, Kamis (02/11).

Materi tersebut disampaikan oleh perwakilan UKM Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Alphichanameru UIN IB Padang, di Pasa Lalang RW 7 Kecamatan Kuranji, Kota Padang Sumatera Barat. 

Selaku panitia Muhammad Iqbal menyatakan, peserta Diklat harus memahami dan mampu menerapkan materi survival ini. “Karena panitia hanya menyediakan beras saja, untuk sambal mereka berusaha perkelompok,” jelas Iqbal.

Materi dalam Diklat ada Survival, navigasi, asessment, pertolongan pertama. "Survival adalah materi pertama karena penting bagi mereka untuk bertahan hidup," tambah Iqbal.

Muhammad Syahrul Azmi salah seorang peserta berharap agar materi survival dapat dimanfaatkan sebaik mungkin nantinya di lapangan. “Semoga materi ini dapat membantu kami di saat Diklat dan untuk kedepannya,” harap Syahrul.

Telah dimuat: http://suarakampus.com/?mod=berita&se=detil&id=4957

Beasiswa Salah Alamat

Beasiswa satu kata banyak peminat. Siapa yang tidak tau dengan beasiswa. Semua orang berlomba lomba untuk mendapatkannya. Apa itu beasiswa? Beasiswa adalah bantuan keuangan yang ditujukan kepada orang yang ekonominya kekurangan atau kepada seseorang yang memiliki prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Beasiswa diberikan oleh pemerintah, lembaga lembaga tertentu, ataupun perusahaan-perusahaan yang peduli terhadap dunia pendidikan.

Beasiswa yang dikeluarkan tidak tanggung-tanggung senilai ratusan juta bahkan bisa mencapai milyaran. Menggiurkan bukan? Inilah yang membuat orang-orang berlomba untuk mendapatkannya. Namun sayang, sekarang kita lihat bahwa penerima beasiswa tersebut banyak dari kalangan orang kaya dan serba berkecukupan, sedangkan yang pantas untuk mendapatkannya tidak mendapat apa-apa. Nothing!

Seperti yang dilaporkan Singgalang (02/06) "Ada Mahasiswa Penerima Bidikmisi Punya Mobil". Kenapa? Hal ini terjadi karena tak lepas dari sifat "Rakus" nya manusia, yang tidak pernah puas akan harta.  Bagaimana cara mereka mendapatkannya? Seribu satu cara digunakan untuk mendapatkan satu kata ini. Dimulai dari memalsukan data, misalkan syarat yang diminta adalah surat keterangan miskin mereka bisa saja memalsukan surat tersebut, dengan cara men-scannya. Sekarang zaman sudah canggih dan tidak ada yang tidak mungkin. Jika syarat yang diminta adalah foto rumah, maka rumah yang mereka foto bukanlah rumah mereka melainkan rumah orang miskin di sekitar rumah mereka ataupun rumah neneknya yang sudah lapuk.

Ini yang harus menjadi perhatian penting bagi sekolah maupun Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Mereka harus lebih cermat memilih dan memilah calon penerima beasiswa tersebut dengan melakukan pengecekan data, apakah data tersebut benar- benar asli. Tetapi, menurut saya langkah yang lebih ampuh adalah mensurvei rumah calon penerima beasiswa tersebut. Apakah layak atau tidak. Karena dengan cara ini tertutuplah lubang bagi para tikus lapar untuk mencuri.

Dengan cara memalsukan data ini kemungkinan terpilih mereka masih 50%. Karena kalah saing dengan pemalsu data lainnya dan juga kalah saing dengan orang yang memakai strategi yang satu ini yaitu mereka yang memainkan orang dalam. Ya, orang dalam!. Balik lagi ke rezimnya Soeharto "Sistem Kekeluargaan". Dengan cara ini 99% beasiswa sudah di tangan para tikus lapar tersebut. Tidak ada yang bisa menghentikan cara ini. Syarat syarat yang di tentukan hanya formalitas semata. Saya sendiri mengalami hal ini, di kelas saya setengah mahasiswanya berasal dari keluarga yang kekurangan ekonomi, di saat penerimaan beasiswa sedikit diantara mereka yang terpilih, sedangkan yang terpilih menerima beasiswa tersebut penghasilan orang tuanya mencukupi.

Setelah kami selidiki adik ibunya salah satu orang penting yang memiliki wewenang. Benar teorinya Alm.Nike Ardila "Hidup ini Panggung Sandiwara". Apa mereka tidak malu? Tidak ! Tidak ada kata malu bagi mereka manusia manusia rakus. Hilang rasa malu karena harta. Ini sama halnya dengan mengambil hak orang lain.

Di dalam Al-quran sudah di jelaskan tentang LARANGAN mengambil hak orang lain. Sebagaima firman Allah dalam surah Al-baqarah ayat ke-188 "Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui".

Sudah jelas bukan bahwa Allah melarang kita untuk tidak mengambil hak orang lain. Nabi Muhammad SAW juga mempertegas perihal tersebut "Barang siapa merampas hak seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkannya dia masuk neraka dan mengharamkannya masuk ke dalam surga, "Maka salah seorang bertanya, meskipun sedikit, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, "Ya, meskipun setangkai kayu sugi (siwak)". Sudah jelas bukan? Lalu kenapa kalian masih tega merampas hak orang lain? Moral sudah rusak mau apalagi. Tumbuhkanlah rasa kasihan untuk mereka para pengemis harta. Sekarang orang kaya makin kaya orang miskin semakin miskin.

Sebaiknya beasiswa tersebut benar-benar diberikan kepada orang yang berhak menerimanya dan para penyalur beasiswa juga harus selektif dan pintar memilih agar tidak terjadi salah alamat dalam penyaluran beasiswa. Begitupun yang ingin mendapatkan beasiswa  juga harus menilai dirinya pantas atau tidak menerima beasiswa itu, jika merasa tidak pantas lepaskan kepada yang lebih pantas.

Sebelum Bohong Menjadi Hobi

Ada apa dengan kejujuran? Sebagian orang lebih nyaman bertahan pada kebohongan. Alasannya, supaya tidak memperbesar masalah. Memang ketika berbohong masalah kita bisa terselesaikan tetapi sampai kapan? Hanya menunggu waktu untuk masalah yang lebih besar. Ketika kebenaran terungkap maka semua permasalahan menghujat silih berganti dan akan membuat orang yang berbohong akan bohong lagi dan lagi untuk menutupi kebohongan tersebut.

Kebohongan seperti sudah menjadi hobi bagi mayoritas orang-orang. Kenapa susah untuk jujur? Apa karena malu? Malu untuk menyembunyikan kejelekan dan keburukan. Apa karena takut menyakiti perasaan seseorang? Bahkan ketika kita mengetahui kebenaran, itu lebih menyakitkan. Atau karena tidak ingin dihakimi? Perasaan bersalah melakukan perbuatan yang tidak semestinya, cenderung mendorong seseorang untuk membentengi dirinya dengan kebohongan.

Jujur itu adalah perbuatan yang terpuji, semua orang deal with it. Mengatakan sesuatu berdasarkan apa yang dilihat, didengar, dilakukan dan dirasakan itulah kejujuran. Berkata jujur dapat menenangkan batin walaupun nantinya timbul konsekwensi yang harus dihadapi, entah itu berbentuk reward atau hukuman. Syukur-syukur kalau mendapat reward, kalau mendapat hukuman bagaimana? Orang yang berkata jujur juga belum tentu mendapatkan apresiasi yang setimpal dari masyarakat.

Saya pernah membaca sebuah artikel berjudul Psikologi Kebohongan, ada beberapa kategori kebohongan. Pertama kategori bohong berdasarkan sumbernya, menilik sumber-sumber yang bisa menimbulkan kebohongan, maka ada tiga kategori yang bisa dibuat. Bohong yang sumbernya pada realitas dunia, bohong yang sumbernya dari keyakinan atau persepsi tanpa realitas riil materi di dunia, bohong yang sumbernya dari cerita bohong. Contohnya, kita dihadapkan pada cerita Neil Amstrong, manusia pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Tetapi apakah ada yang membuktikan benarnya cerita tersebut. Hingga sekarang banyak pro dan kontra dari kalangan ilmuan di dunia.


Kedua, kategori bohong berdasarkan pelaku dan korban kebohongan. Bohong bisa digolongkan dalam dua kategori. Bohong yang dilakukan secara personal dengan korban perseorangan juga maupun publik (publik diartikan terdiri dari banyak personal) dan bohong yang dilakukan institusi publik (gabungan personal-personal dalam institusi) dengan korban personal maupun publik. Banyak kita lihat dari kalangan pimpinan pemerintahan, contohmya saja korupsi. Seseorang yang korupsi akan menutupi hasil korupsinya dengan berbagai cara. Jika ketahuan dia akan melampirkan isu-isu untuk menutupi kelakuannya.

Ketiga, kategori bohong berdasarkan motivasi. Anda tahu bahwa seseorang dianggap berbohong bila memiliki motivasi untuk berbohong. Namun bohong bisa saja terjadi tanpa seseorang menyadari telah berbohong. Hanya bila seseorang memang ingin berbohong maka ia disebut berbohong. Jika tidak, meskipun bohong, bisa saja tidak dianggap berbohong. Berdasarkan hal tersebut, maka bohong bisa dibagi dua yakni bohong dengan motivasi untuk berbohong dan bohong tanpa motivasi berbohong. Kategori ketiga ini sangat banyak dilakukan karena dari hal-hal kecil yang tidak ingin diketahui orang akan menyebabkan kita berbohong.

Keempat, bohong berdasarkan cara penyebarannya. Menilik cara penyebaran kebohongan, maka bohong bisa digolongkan ke dalam tiga golongan, yakni melalui cara penyampaian personal, forum, dan media publik. Penyampaian personal artinya dilakukan antara dua orang. Satu orang berbohong sementara yang lain menjadi korbannya. Termasuk dalam kategori ini adalah gosip personal artinya ada satu atau beberapa orang menyampaikan gosip secara personal, dan secara terus menerus disampaikan ke orang berikutnya, mirip semacam bola salju atau snowball. Sekarang kebohongan tidak lagi dari mulut ke mulut. Dari media publik juga banyak melakukan kebohongan. Contohnya berita- berita bohong yang tidak ada data yang akurat dari media pers.

Sebuah penelitian di Amerika yang dilakukan oleh NIMH (National Institute of Mental Health) menunjukkan bahwa dalam seminggu, orang berbohong terhadap 30% orang lain dalam komunitas. Mahasiswa malah menunjukkan angka 38% jumlah orang yang mereka bohongi. Jadi kira-kira, dari 100 orang yang diajak berinteraksi dalam seminggu, maka ada 38 orang yang telah dibohongi.
Dari penelitan tersebut bisa kita lihat, hampir setengah dari 100 orang yang berinteraksi berbohong. Kita berpikir bahwa kita tidak memiliki jawaban yang cukup meyakinkan orang lain, sehingga akhirnya kita berbohong. Ini merupakan tanda bahwa kita tidak menghormati diri sendiri.

Berdasarkan sebuah studi yang digelar oleh University of East Anglia terhadap 15 negara di dunia pada tahun 2015,  dengan exsperimen pengundian dan koin dan tebak musik online. Negara-negara itu adalah Brasil, Cina, Yunani, Jepang, Rusia, Swiss, Turki, Amerika Serikat, Argentina, Denmark, Inggris, India, Portugal, Afrika Selatan, dan Korea Selatan. Didapati Benua Asia memiliki tingkat kebohongan yaitu Negara Cina dengan tingkat kebohongan 70%.

Dari studi inilah saya tergerak untuk membuat tulisan tentang kejujuran. Kita harus sadar bahwa perlunya sifat jujur dari dalam diri kita. Adakah seseorang yang tidak pernah berbohong selama hidupnya? Rasa-rasanya kita akan bersepakat dengan jawaban, tidak ada! Saya hampir yakin bahwa semua orang pernah berbohong, minimal sekali dalam hidupnya. Dan jujur saja, saya pernah berbohong. Tetapi, apakah kita tetap bertahan pada sifat tersebut? Tidakkah kita ingin berbenah diri untuk yang lebih baik.

Berprilaku jujur merupakan suatu proses untuk menjadi manusia yang lebih baik. Hukuman yang diterima dari suatu kesalahan merupakan sarana pembelajaran yang tepat untuk memperbaiki diri dan jalan keluar yang terbaik dari suatu masalah. Cercaan atau hinaan yang diterima dari orang lain jadikan motivasi untuk memunculkan potensi diri kita yang lain dan buktikan bahwa kita bukan seperti yang mereka kira. Oleh sebab itu budayakan bicara jujur sejak sekarang. 

Perlu anda ketahui, jangan percaya dengan tulisan ini. Mana tahu saya lagi berbohong.