Beasiswa satu kata banyak peminat. Siapa yang tidak tau dengan beasiswa. Semua orang berlomba lomba untuk mendapatkannya. Apa itu beasiswa? Beasiswa adalah bantuan keuangan yang ditujukan kepada orang yang ekonominya kekurangan atau kepada seseorang yang memiliki prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Beasiswa diberikan oleh pemerintah, lembaga lembaga tertentu, ataupun perusahaan-perusahaan yang peduli terhadap dunia pendidikan.
Beasiswa yang dikeluarkan tidak tanggung-tanggung senilai ratusan juta bahkan bisa mencapai milyaran. Menggiurkan bukan? Inilah yang membuat orang-orang berlomba untuk mendapatkannya. Namun sayang, sekarang kita lihat bahwa penerima beasiswa tersebut banyak dari kalangan orang kaya dan serba berkecukupan, sedangkan yang pantas untuk mendapatkannya tidak mendapat apa-apa. Nothing!
Seperti yang dilaporkan Singgalang (02/06) "Ada Mahasiswa Penerima Bidikmisi Punya Mobil". Kenapa? Hal ini terjadi karena tak lepas dari sifat "Rakus" nya manusia, yang tidak pernah puas akan harta. Bagaimana cara mereka mendapatkannya? Seribu satu cara digunakan untuk mendapatkan satu kata ini. Dimulai dari memalsukan data, misalkan syarat yang diminta adalah surat keterangan miskin mereka bisa saja memalsukan surat tersebut, dengan cara men-scannya. Sekarang zaman sudah canggih dan tidak ada yang tidak mungkin. Jika syarat yang diminta adalah foto rumah, maka rumah yang mereka foto bukanlah rumah mereka melainkan rumah orang miskin di sekitar rumah mereka ataupun rumah neneknya yang sudah lapuk.
Ini yang harus menjadi perhatian penting bagi sekolah maupun Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Mereka harus lebih cermat memilih dan memilah calon penerima beasiswa tersebut dengan melakukan pengecekan data, apakah data tersebut benar- benar asli. Tetapi, menurut saya langkah yang lebih ampuh adalah mensurvei rumah calon penerima beasiswa tersebut. Apakah layak atau tidak. Karena dengan cara ini tertutuplah lubang bagi para tikus lapar untuk mencuri.
Dengan cara memalsukan data ini kemungkinan terpilih mereka masih 50%. Karena kalah saing dengan pemalsu data lainnya dan juga kalah saing dengan orang yang memakai strategi yang satu ini yaitu mereka yang memainkan orang dalam. Ya, orang dalam!. Balik lagi ke rezimnya Soeharto "Sistem Kekeluargaan". Dengan cara ini 99% beasiswa sudah di tangan para tikus lapar tersebut. Tidak ada yang bisa menghentikan cara ini. Syarat syarat yang di tentukan hanya formalitas semata. Saya sendiri mengalami hal ini, di kelas saya setengah mahasiswanya berasal dari keluarga yang kekurangan ekonomi, di saat penerimaan beasiswa sedikit diantara mereka yang terpilih, sedangkan yang terpilih menerima beasiswa tersebut penghasilan orang tuanya mencukupi.
Setelah kami selidiki adik ibunya salah satu orang penting yang memiliki wewenang. Benar teorinya Alm.Nike Ardila "Hidup ini Panggung Sandiwara". Apa mereka tidak malu? Tidak ! Tidak ada kata malu bagi mereka manusia manusia rakus. Hilang rasa malu karena harta. Ini sama halnya dengan mengambil hak orang lain.
Di dalam Al-quran sudah di jelaskan tentang LARANGAN mengambil hak orang lain. Sebagaima firman Allah dalam surah Al-baqarah ayat ke-188 "Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui".
Sudah jelas bukan bahwa Allah melarang kita untuk tidak mengambil hak orang lain. Nabi Muhammad SAW juga mempertegas perihal tersebut "Barang siapa merampas hak seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkannya dia masuk neraka dan mengharamkannya masuk ke dalam surga, "Maka salah seorang bertanya, meskipun sedikit, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, "Ya, meskipun setangkai kayu sugi (siwak)". Sudah jelas bukan? Lalu kenapa kalian masih tega merampas hak orang lain? Moral sudah rusak mau apalagi. Tumbuhkanlah rasa kasihan untuk mereka para pengemis harta. Sekarang orang kaya makin kaya orang miskin semakin miskin.
Sebaiknya beasiswa tersebut benar-benar diberikan kepada orang yang berhak menerimanya dan para penyalur beasiswa juga harus selektif dan pintar memilih agar tidak terjadi salah alamat dalam penyaluran beasiswa. Begitupun yang ingin mendapatkan beasiswa juga harus menilai dirinya pantas atau tidak menerima beasiswa itu, jika merasa tidak pantas lepaskan kepada yang lebih pantas.






0 komentar:
Posting Komentar